Tulisan ini dikutip dari
Harian Suara Pembaruan 10 Juli 2012
Hidup itu harus punya target,
impian dan tujuan hidup.
Seseorang harus memiliki mimpi
bahwa dalam kurun waktu sekian, dia harus meraih jabatan atau prestasi apa? Misalnya,
dalam 10 tahun atau 20 tahun ke depan seseorang sudah harus selesai studi,
punya pekerjaan, penghasilan mapan dan punya sesuatu atau jabatan apa. Semua
impian itu hendaknya diniatkan lalu kemudian digapai. Kalau tidak tercapai,
harus dievaluasi, mengapa demikian? Sebab, setelah itu, mulai target baru dan
target atau impian itu perlu dicatat, sehingga dari waktu ke waktu mimpi itu
bisa ketahuan apa yang sudah tercapai dan mana yang gagal, apa penyebabnya dan
seterusnya.
Mungkin sedikit repot, tetapi kalau mau sukses, memang
harus demikian. Kalau tidak punya target dan tujuan hidup, apa bedanya dengan (maaf),
kambing. Binatang itu makan, memamabiak, buang kotoran, tidur, bangun, lalu
makan lagi dan kegiatan berulang lainnya sepanjang hidup,” tutur Katsujiro Ueno
seorang aktivis persahabatan Jepang-Indonesia dalam percakapan dengan SP di Jakarta, Senin (2/7).
Dia berada di Indonesia karena Ueno diundang menjadi
pembicara sebagai motivator di
beberapa tempat antara lain di Yogyakarta, Jumat
(6/7). Ueno panggilan akrab pria yang 21 Agustus 2012 nanti genap 73 tahun ini
adalah Sekretaris Jenderal Perkumpulan Persahabatan Indonesia Tochigi. Dia juga
adalah instruktur Bahasa Jepang bagi
para trainee Indonesia.
Pria Jepang yang kelihatan masih segar bugar di usia
kepala tujuh ini adalah lulusan Jurusan Bahasa Indonesia dari Universitas
Takiushoku, Tokyo tahun 1962, sehingga tak heran jika dia sangat fasih
berbahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar.
Berbeda dengan motivator lainnya, Ueno ke mana-mana membawa
buku tebal. Isinya bukan novel atau karangan ilmiah dan populer,tetapi hanya
kalender.Kalender dalam buku itu pun untuk 10 tahun dan setiap tahun disiapkan
untuk 366 hari. Lalu buat apa gerangan buku yang sepintas tak ada artinya itu?
Ternyata, buku itu tidak mahal, yakni Rp 280.000 dan itulah yang Ueno perkenalkan
sekaligus promosikan pada setiap kesempatan atau ketika menjadi pembicara
sebagai motivator.
Buku itulah yang memberi inspirasi akan sukses atau
masa depan seseorang.
Tak lain adalah buku harian versi Ueno dari Negeri
Matahari Terbit Jepang yang dikenal memang ulet. Tentu Eeno pun tak memaksa orang
lain membeli buku harian itu. Tetapi, setidaknya dia mengajak orang lain
terutama yang masih muda untuk merekam mimpi dan suksesnya melalui jejak buku
harian 10 tahunan tersebut.
Caranya adalah seseorang harus mencatat apa yang
dilakukan setiap hari, terutama hal-hal yang paling mengesankan. Apa keinginan
atau rencana lalu apa kegagalan. Dan setiap kesan dicatat secara berurutan dari
hari ke hari secara rinci sampai dengan urutan halaman hingga satu tahun.
Setelah halamannya habis sampai 365/366 hari, dmulai lagi dari depan dengan
urutan ke bawah lalu dicatat seterusnya sampai setahun lagi hingga 10 tahun. Demikian
seterusnya hingga setiap
peristiwa yang terjadi 10 tahun lalu pun bisa
diketahui. Dari catatan buku harian itulah seseorang bisa merekam jejak mimpi
dan sukses yang diraihnya, sehingga ketahuan apakah seseorang yang sukses,
berprestasi disbanding dengan orang lain yang sebaya dalam periode yang sama.
Menurut Ueno, ada 10 manfaat menulis buku harian 10
tahun yang dirancangnya. Misalnya, sebagai sarana untuk membuka lembaran baru
dalam hidup, sarana guna mewujudkan cita-cita untuk 10 tahun mendatang. Membantu
proses menuju pencapaian sasaran dalam hidup dapat dirasakan secara nyata,
dapat digunakan sebagai sumber inspirasi, mengasah rasa dan meningkatkan
kreativitas, serta alat menuangkan isi pikiran dan isi hati (curhat).
Buku harian 10 tahunan itu juga merupakan alat untuk
meluangkan waktu mengekspresikan isi hati dan buah pikiran terhadap berbagai
kejanggalan dan permasalahan. Dengan menulis apa yang dirasakan kata Ueno,
segala sesuatu dapat dipandang secara objektif.
Pikiran bawah sadar dapat ditingkatkan dengan mengekspresikan
harapan dan keinginan Anda. Dengan memanfaatkan pikiran bawah sadar, dapat
ditingkatkan konsentrasi dan motivasi Anda.
“Mari kita mulai hari ini agar jangan sampai menyesal
nanti 10 tahun kemudian,” ujar Ueno yang sejak 21 tahun lalu menjadi agen
sejumlah koran nasional, termasuk Suara Pembaruan di
Tokyo.
Bertemu Soekarno
Awalnya Ueno tak mengenal Indonesia. Namun, pilihannya
pada program studi bahasa Indonesia di Takiushoku, Tokyo, mengharuskan dia
harus tahu banyak tentang Indonesia.
Dan karena itu pula, dia fasih berbahasa Indonesia,
bahkan lebih baik dari penuturan orang Indonesia lainnya. Dan karena pilihannya
itulah, ketika masih mahasiswa Ueno berkesempatan bertemu dengan Presiden pertama
RI Ir Soekarno di Tokyo 53 tahun lalu atau tepatnya tahun 1959.
Dituturkan, suatu kali, pada 1959, Bung Karno
berkunjung ke Tokyo. Saat diadakan ramah-tamah di rumah Dubes RI di sana, dan
ia di undang. “Semua yang hadir adalah orang Indonesia. Hanya saya yang orang Jepang.
Tiba-tiba pembawa acara menyebut nama saya untuk maju ke depan. Saat itu saya
berjabat tangan dengan Bung Karno yang sebelumnya hanya saya lihat fotonya,”tuturnya
sambil memperlihatkan fotonya berjabat tangan dengan Soekarno.
Menurutnya, Soekarno terkesima karena saya berujar
pakai Bahasa Indonesia.Bung Karno berkata, pemuda seperti Anda seharusnya bisa menjadi
jembatan persahabatan antara Jepang dan Indonesia.
Ueno bangga bertema Presiden Soekarno dan dia
mengingat terus dan ingin melaksanakan pesan untuk menjadi jembatan
Jepang-Indonesia. Dia pun rajin mengajar pelajar/ mahasiswa atau pun tenaga
kerja Indonesia yang mau belajar bahasa Jepang hingga akhirnya dia membentuk Perkumpulan Persahabatan
Indonesia Tochigi (PPIT).
[SP/Marselius
Rombe Baan]
sangat inspiratif sensei, sayang saya belum bisa datang ke seminar sensei kemarin di Yogyakarta karena bersamaan dengan Ujian Nasional di Kampus.
返信削除saran dari saya untuk blog sensei, bisakah komentar anonymous dibuat "enabled" (ada di pengaturan blog) sehingga yang tidak memiliki akun-akun social media dapat berkomentar di blog sensei.. terima kasih.