Beriktu adalah sebuah kisah nyata yang ditulis oleh Bapak Agus Gunawan sebagai teman lamaku sekaligus pemain utama pada saat terselenggarannya seminar motivasi yang saya
hadir sebagai nara sumber di Tegal, Jawa Tengah pada pertengahan Maret yang baru lalu.
Perkenalan dengan Ueno-san sejak th
1991 di kota Utsunomiya , Tochigi. Ditulis oleh Agus
Gunawan
Saya dikenalkan seorang wanita yang
bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu rumah sakit disana. Saya
berada disana waktu menemani Ibu saya sakit dan waktu itu sedang dalam proses
menunggu jalan-nya operasi . Petugas kebersihan ini menanyakan kepada saya,
apakah saya dari Indonesia ,
dan saya jawab “ya”.
Lalu petugas kebersihan ini menghubungi seseorang melalui
telpon umum-dan setelah menyambung,lalu diberikan kepada saya telpon tersebut.
Suara yang terdengar pertama dari percakapan telpon itu adalah “apa kabar”.
Saya cukup kaget kok nama orang jepang Ueno bisa mengatakan apa kabar dengan
logat yang begitu akrab. Saya pikir ini orang Indonesia yang lama di Jepang.
Setelah datang menemui saya di rumah sakit dalam waktu yang sangat cepat,
kenyataan nya adalah orang jepang asli yang memang tinggal di jepang tapi
sangat mencintai Indonesia ,
melebihi sebagian rakyat Indonesia
yang mencintai Negara-nya sendiri.
Persahabatan selama lebih dari 20
tahun terus menerus dipelihara hingga saat ini,walaupun jarang juga bertemu.
Kita saling sapa melalui “email” dan sesekali ueno-san dating ke Jakarta,
telpon, kadang juga mampir,demikian pula kalau saya ke jepang saya telpon, tapi
tidak pernah bertemu karena masing2 kesibukan dan lokasi yang cukup jauh antara
Tokyo dan Utsunomiya .
Pada satu hari di tahun 2011, beliau
memberikan ceramah untuk para guru di Temanggung untuk kesekian kali
(Pekanbaru,Malang ,Bali dll), dan saya mengajak beliau
ke kota
kelahiran saya di Tegal untuk memberikan ceramah di almamater sekolah saya
PIUS. Beliau memberikan sambutan hangat dan kita akhirnya sepakat untuk
melakukan kegiatan yang sama seperti di Temanggung di kota Tegal. Ceramah diadakan pada tanggal
11-13 Maret 2012 dihadiri pejabat “pemkot” kodya Tegal beserta seluruh
jajarannya dan dibuka oleh Bapak Walikota sendiri.
Sebelum perjalanan dengan kereta api
ke Tegal , kita sempat mampir dulu di toko seven eleven jalan sabang-jakarta untuk
menunggu waktu yang pas ke setasiun gambir. Kami sempat makan makanan ringan
dan membeli beberapa bungkus roti untuk persiapan kalau lapar dalam perjalanan.
Dalam perjalanan didalam kereta
api itu betul saja ueno-san lapar dan membuka roti itu untuk dimakan dan
sebelum-nya sebagai seorang berbudaya timur juga beliau menawarkan kepada saya,
agus-san mau? Saya jawab tidak. Ueno-san makan sendirian, selesai . Selanjutnya
beliau menawarkan lagi roti kedua kepada saya, dan saya jawab terima kasih,
saya mau makan nanti saja setelah sampai di Tegal. Rupanya bagaimana terjadi
saya kurang tau, roti tersebut jatuh di lantai waktu membuka-nya dan beliau
mengambil-nya dan dimasukkan kedalam bungkus plastik-nya kembali. Waktu mau
dimasukkan kedalam tas-beliau kembali saya melihat, dan saya katakana jangan,
taruh saja dibawah tempat duduk nanti petugas kebersihan akan mengambil-nya
seperti banyak yang lain makanan piring gelas diletakkan saja dibawah tempat
duduk. Beliau bersikukuh menempatkan kedalam tas-kembali yang berisi-macam2
saya yakin ada passport-uang-dan barang pribadi lainnya.
Disini-lah saya melihat “budaya”
jepang sebenar-nya . Tanpa merasa meninggikan budaya jepang dan merendahkan budaya kita sendiri, Indonesia,
maka kesimpulan saya kita patut belajar dari budaya Jepang ini , satu
budaya yang mungkin sangat langka dalam dunia di abad 21 ini dimana pun didunia ini, dunia barat timur atau manapun.
0 件のコメント:
コメントを投稿